Rabu, 27 April 2011

kesehatan reproduksi remaja

Setiap remaja mempunyai hak yang sama mendapatkan akses dan informasi yang tepat berkaitan dengan kesehatan reproduksi (kespro).
Sebab itu, program kespro perlu disosialisasikan tak hanya di sekolah dan pondok pesantren, tapi juga di perguruan tinggi dan organisasi kepemudaan di setiap kecamatan. Hal ini guna mencegah terjadinya seks bebas dan terjangkitnya HIV/AIDS di kalangan remaja.
“Sebab itu, sosialisasi program kespro di kalangan remaja harus lebih pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kespro. Mengingat masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya tentang kespro. Juga agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya,” kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Lampung Muchsin Hamza, didampingi Kepala Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi Edy Warman dan Sekretaris BKKBN Lampung Agus Sulaiman di kantornya, Jumat (5/10).
Dengan demikian, remaja bisa memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, bahaya penyakit HIV/AIDS, bahaya narkoba, dan seks bebas. Ia mengakui pemahaman masyarakat terhadap kespro masih rendah karena mereka menganggap kespro merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.
Banyak masyarakat bahkan pengambil kebijaksanaan memiliki persepsi yang keliru tentang kespro. “Seolah-olah bicara kespro itu mengajari remaja bagaimana berhubunggan seks. Sebab itu, banyak remaja tak paham apa itu kesehatan reproduksi,” ujar Muchsin.
Akibat minimnya pengetahuan tersebut banyak kasus-kasus kespro terjadi seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, seks bebas, serta narkoba.
Padahal, masalah kespro itu luas. Tak mempelajari fungsi organ-organ tubuh, tapi juga masalah pubertas, tumbuh kembangnya remaja, hak-hak remaja, hingga masalah menstruasi, mimpi basah, masturbasi, pacaran, dan sebagainya.
“Bila para remaja memahami hal tersebut, mereka tidak akan melakukan penyimpangan seperti KTD, aborsi, narkoba, dan penyakit menular seksual (PMS),” ujar Muchsin.
Oleh sebab itu, pihaknya gencar menyosialisasi melalui berbagai kegiatan bekerja sama Sentra Kawula Muda Lampung (Skala) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, perguruan tinggi, sekolah-sekolah, pondok pesantren, dan organisasi kepemudaan di setiap kecamatan.
Bahkan, kini BKKBN mampu membentuk 116 Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi (PIK KRR) di Lampung. Masing-masing dua PIK KRR di Universitas Lampung dan Universitas Malahayati Lampung. Lalu PIK KRR dengan membentuk Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) di 32 SMA, 10 pondok pesantren, 72 PIK KRR di kecamatan.

kesehatan reproduksi remaja

Setiap remaja mempunyai hak yang sama mendapatkan akses dan informasi yang tepat berkaitan dengan kesehatan reproduksi (kespro).
Sebab itu, program kespro perlu disosialisasikan tak hanya di sekolah dan pondok pesantren, tapi juga di perguruan tinggi dan organisasi kepemudaan di setiap kecamatan. Hal ini guna mencegah terjadinya seks bebas dan terjangkitnya HIV/AIDS di kalangan remaja.
“Sebab itu, sosialisasi program kespro di kalangan remaja harus lebih pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kespro. Mengingat masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya tentang kespro. Juga agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya,” kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Lampung Muchsin Hamza, didampingi Kepala Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi Edy Warman dan Sekretaris BKKBN Lampung Agus Sulaiman di kantornya, Jumat (5/10).
Dengan demikian, remaja bisa memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, bahaya penyakit HIV/AIDS, bahaya narkoba, dan seks bebas. Ia mengakui pemahaman masyarakat terhadap kespro masih rendah karena mereka menganggap kespro merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan.
Banyak masyarakat bahkan pengambil kebijaksanaan memiliki persepsi yang keliru tentang kespro. “Seolah-olah bicara kespro itu mengajari remaja bagaimana berhubunggan seks. Sebab itu, banyak remaja tak paham apa itu kesehatan reproduksi,” ujar Muchsin.
Akibat minimnya pengetahuan tersebut banyak kasus-kasus kespro terjadi seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, seks bebas, serta narkoba.
Padahal, masalah kespro itu luas. Tak mempelajari fungsi organ-organ tubuh, tapi juga masalah pubertas, tumbuh kembangnya remaja, hak-hak remaja, hingga masalah menstruasi, mimpi basah, masturbasi, pacaran, dan sebagainya.
“Bila para remaja memahami hal tersebut, mereka tidak akan melakukan penyimpangan seperti KTD, aborsi, narkoba, dan penyakit menular seksual (PMS),” ujar Muchsin.
Oleh sebab itu, pihaknya gencar menyosialisasi melalui berbagai kegiatan bekerja sama Sentra Kawula Muda Lampung (Skala) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, perguruan tinggi, sekolah-sekolah, pondok pesantren, dan organisasi kepemudaan di setiap kecamatan.
Bahkan, kini BKKBN mampu membentuk 116 Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi (PIK KRR) di Lampung. Masing-masing dua PIK KRR di Universitas Lampung dan Universitas Malahayati Lampung. Lalu PIK KRR dengan membentuk Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) di 32 SMA, 10 pondok pesantren, 72 PIK KRR di kecamatan.

triad kesehatan reproduksi remaja (pusat informasi dan konselin)

Di Indonesia jumlah remaja usia 10 – 19 tahun sekitar 43 juta atau 19,61 % dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta. Dan diketahui bahwa sekitar 5 % remaja putra dan 1 % remaja putri secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual, Sebanyak 8% pria umur 15-24 tahun telah menggunakan obat-obatan terlarang, dan kasus HIV/AIDS cenderung terjadi peningkatan di kalangan Remaja, dari 6987 penderita AIDS 3,02% adalah kelompok 15-19 tahun dan 54,77% adalah kelompok usia 20-29 tahun (Depatement Kesehatan RI, September 2006) . Tiga hal penting ini (Seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS yang lebih dikenal dengan Isu Triad KRR) merupakan masalah yang sangat mengancam kehidupan remaja, yang harus mendapatkan perhatian semua pihak agar tidak merusak masa depan remaja dan masa depan bangsa.
Sebagai masyarakat Klungkung yang berperan aktif dalam menyikapi perkembangan globalisasi khususnya pada remaja, maka dipandang perlu untuk memberikan sarana informasi yang murah dan memasyarakat yang mampu memberikan informasi yang benar secara berkesinambungan kepada para remaja tentang ISU TRIAD KRR, yaitu Seksualitas, Napza dan HIV/AIDS yang disampaikan secara persahabatan dalam keceriaan. Oleh sebab itu kami dari PT. Radio Swara Smarapura Shakti bekerjasama dengan Kantor KB Kabupaten Klungkung mendirikan Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja yang kami beri nama PIK-KRR SEMARA RATIH yang dikelola dari remaja oleh remaja dan untuk remaja, resmi berdiri tanggal 1 Maret 2006.
Sebelum PIK KRR Semara Ratih berdiri, diawali dengan penyiaran di Radio GSP FM Bali kerjasama dengan Kantor KB Kabupaten Klungkung tentang Kesehatan Reproduksi Remaja sejak tahun 2005 yang diwujudkan dengan inter aktif (Talk Show) dipresentasikan langsung oleh Bapak dr. I Gusti Ngurah Agung Swastika selaku Kepala Kantor KB Kabupaten Klungkung dipandu oleh penyiar-penyiar radio GSP FM Bali. Acara tersebut kami namakan “ Dokter Qita “ disiarkan setiap Sabtu dari pukul 16.00 s/d. 17.00. Antusiasme pendengar luar biasa terbukti dengan banyaknya penelpon yang konsultasi mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja baik itu pendengar yang berada di wilayah Kabupaten Klungkung maupun daerah lain seperti Bangli, Gianyar bahkan Karangasem. Mengingat waktu yang tersedia diudara sangat terbatas maka pendengar datang langsung ke studio melakukan konsultasi dengan penyiar. Dengan pertimbangan banyaknya fans radio yang datang ke studio radio GSP FM Bali untuk konsultasi, sedangkan sarana dan sumber daya manusia yang kurang memadai, maka Bapak Dr. I Gusti Ngurah Agung Swastika mengambil kebijakan untuk PIK KRR wilayah Kec. Banjarangkan didirikan di Studio PT. Radio Swara Smarapura Shakti.
Sejak berdirinya seluruh pramusiar radio GSP FM Bali dan Radio Semarapura FM selalu mendapatkan pembinaan langsung dari bapak dr. I.G.N. Agung Swastika beserta staff Kantor KB Kabupaten Klungkung baik berupa pembelajaran dan penguasaan materi juga tehnik presentasi yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja juga diberi kesempatan untuk ikut pelatihan di kantor BKKBN Propinsi Bali agar mampu menjadi Pendidik Sebaya, konselor sebaya dan Pengelola PIK-KRR.
Keberadaan dan peranan PIK-KRR dilingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja mendapatkan informasi yang benar dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang TRIAD KRR. Untuk diketahui bahwa pelayanan PIK-KRR Semara-Ratih di Kabupaten Klungkung sangat membantu mereka, dan sangat perlu dikembangkan dan ditingkatkan statusnya sehingga mampu berpartisipasi dalam membangun generasi muda yang tangguh, untuk mewujudkan Tegar Remaja. Yang dimaksud dengan tegar remaja adalah remaja yang berprilaku sehat, terhindar dari resiko Triad KRR yaitu Seksualitas, Napza dan HIV/AIDS serta menunda usia pernikahan dan bercita-cita mewujudkan keluarga kecil berkualitas, sehingga mampu menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.